Try to search for The Things?

May 30, 2011

Selamat! Anda Ahli Bahasa (part 2)


Dilarang Penasaran

Penasaran=arwah penasaran?
Baru kemarin saya jadi tempat curhat kawan lama saya. Dan ia mengusung kata “penasaran” berulang-ulang dalam curhat seri affirmative dan bahagia-nya. Sebulan setelahnya kawan saya datang lagi, tetap dengan “penasaran” yg dibawa2, bedanya episode kali ini adalah seri negative dan sad-endingnya. Hingga akhirnya “sensor pendeteksi” saya tertarik untuk tahu apa sih “penasaran” itu. Entah dari mana dan dari siapa pertama kalinya saya dengar kata tsb, tiba2 terdengar lumrah di telinga. Apalagi ketika momen yang terkait dengan “penasaran” adalah ketertarikan-gebetan-lawan jenis-pdkt. Ouw ouw ouw..semua terasa terjebak dalam jaring spiderman!

Apa iya kalau kata penasaran sahabatan sama kata ketertarikan? mungkin iya, mungkin juga tidak. ok, let's make it clear by checkin' dictionary out.
“penasaran” menurut KBBI edisi ketiga:
1. Berkeras berbuat sesuatu (karena kecewa)
2. Sgt ingin hendak mengetahui sesuatu.
3. Merasa tidak puas
4. Sangat marah (karena dihina, tdk sampai maksudnya dsb).
Well, kalau arti “penasaran” yg sahabatan ama “ketertarikan” kita kategorikan ke arti 1-3 mungkin masih berasa ada nyambungnya. Tapi kalo arti ke 4? bayangkan jika “sangat marah” kita sandingkan dg “ketertarikan-gebetan-lawan jenis-pdkt”, justru bertolakbelakang. Lebih tepatnya jika “penasaran” kita kawinkan dengan kata arwah, mnjadi “arwah penasaran”. Dan artinya kira2 jadi begini, arwah yang sangat marah karena dihina dan tak sampai maksudnya. Seriously?....(kali ini sy sdh tak tahu kenapa dan bagaimana bisa kata "penasaran" juga punya arti "sangat marah", tapi toh KBBI edisi ketiga sudah terbaharui oleh KBBI edisi terbaru skrg, dan kalaupun ada yang punya, tolong lihatin sekalian ya.

Gak penasaran=Gak tertarik
kalo si dia tertarik denganmu, berarti dia akan sangat (penasaran) ingin hendak mengetahui sesuatu tentangmu. Guna melengkapi rasa tertariknya ia padamu, ia manifestasikan melalui kawat2 teknologi yg kira2 mampu mengakomodir rasa penasarannya itu. Lewat saling bertukar bahasa di sms, saling berbicara di telpon, mengecek primbon dan tgl lahirmu, atau tiba2 jd komentator paling rajin di status fb-mu, bahkan ada saja rupa2 topik yg dibuat2 supaya bisa nge-wall di fbmu. Serta berbagai ragam jalan lain agar bs "tahu" sang target lebih lanjut dan menjadi puas dengan kumpulan informasi yg di dapat.

Ketahuilah Rosalinda.., (maaf paragraph kali ini cenderung ditujukan ke kaum hawa) adapula jalur2 tak resmi yg perlu cepat2 dideteksi kalau sang pembidik target sudah tak penasaran lagi alias sudah “merasa puas” (merujuk ke arti “penasaran” nomer 3). Dan dalam jalur sms saja, ketidaktertarikan sudah bisa dilihat jelas dlm jumlah kata dan huruf dalam balasan smsnya. Percayalah, apapun alasan yg digunakan laki2 yang membalas sms tidak lebih dari 5huruf atau 3 kata, bagi kami (para perempuan yg peka bahasa Huwahahaha…lagu2nya!) sama artinya dengan laki2 normal yg lebih memilih pindah chanel tv utk melihat telenovela di jam yg sama saat tayangan sepakbola live!
alias tidak ada ketertarikan atau bisa saja bola-nya lagi jeda! Hihihi…

Oke darling, begini, analogiku memang terbaca kurang tepat nan tak efektif, tapi coba deh, lelaki normal memang suka sepakbola kan?. Jika saja sepakbola adalah perempuan normal, dan kalau saja sepakbola tidak lebih laki-laki gemari dibandingkan dg telenovela, yiyiyi...! sepertinya kamu memang tak masuk lagi ke dalam daftar "list penasarannya" itu. Tapi jangan gentar, berhubung kata penasaran no.3 menurut KBBI “merasa tidak puas” gak berarti kan kalo ia penasarannya habis means sudah puas, and dia justru menjauh dari sang-target! Siapa tahu setelah penasarannya habis dan terpenuhi, ia akan melangkah ke level selanjutnya, yaitu kata invasi dan ofensif. #halah kim..!

Well Darling, akhirnya kata penasarannya sudah terpecahkan. Jadi, siapapun yg sedang memiliki masalah dengan kata “penasaran”, dan kalaupun memang suka mengaitkan kata ketertarikan dengan penasaran sebagai jalur tak resmi mendeteksi perasaan, saya anjurkan kalian melihat kamus KBBI edisi terbaru saja. Karena penasaran yang sahabatan dengan ketertarikan dan pola2 balasan sms 5 huruf dan 3 kata adalah jalur tak resmi pula dari teori saya tentang perasaan.
Saya senang bisa berbagi (kebingungan) dengan siapa saja, dan dilarang marah!

Salam “sensor pendeteksi” di Dunia Bahasa khayalan saya.
Kim-kim

Selamat! Anda adalah Ahli Bahasa (part 1)


Akhir akhir ini, tiap mendapat dan mendengarkan orang lain berbicara dalam bhs.Indonesia—entah sengaja saya memang ingin mendengar pembicaraannya atau hanya numpang lewat mendengarnya—saya selalu terusik dengan kata yg sering terucapkan dan sering digunakan sehari-hari. Bisa kata takjub, khawatir, cemas, terlena, penasaran dsb. Tapi jika kata2 tsb saya ulang lagi, maka terkadang saya tak yakin bagaimana penggunaannya, apa artinya, apa pengaruh kata tsb dan banyak hal. Karena mungkin, saya sering malas membuka kamus KBBI utk mengetahui arti yg bisa dipertanggungjawabkan (dan bukan sekedar rekaan org malas spt saya).

Lalu kok ajaib ya, sebenarnya Intuisi atau karna pengalaman yg membuat saya tahu arti kata2 tsb tanpa melihat kamus? mungkin yg terakhir adalah opsi yg sering saya gunakan sebagai dasar alasan—jika sewaktu2 ada ahli bahasa mempertanyakan arti sebuah kata itu kpd saya nanti (biasanya sih ahli bahasa malah jarang tanya hal begenian, kalo di kelas filsafat mgkn iya). Opsi terakhir tsb juga menggiring saya secara alamiah sudah memiliki bank kata dg arti yg kita reka2 sendiri menurut pengalaman kita.

Kita juga tak begitu sadar sejak dan mulai kapan kita gunakan kata tsb. beda2 kali ya sesuai dengan umur dan pergaulan.
Pernah suatu saat saya dibuat tercengang oleh anak SD kelas satu di kota besar yg telah menggunakan kata "antropologi" dlm kalimatnya sewaktu bermain dg kawan2nya. “Gila, ini anak titisan siluman kali ya”. Padahal umur saya segitu juga kosakata gak jauh2 dari cilok, saos, es puter, gulali, es cendol, arum manis, lompat tali, gobaksodor, dan kosakata terkerenku waktu itu adalah kebetulan “main gaplek”. Well, saya rasa jika bapaknya mmg seorang antropolog atau ibunya adalah guru antropologi, atau ia termasuk golongan ank2 indigo masih terbuka kemungkinan kalo pose tercengangku dicabut dr adegan kalimat diatas. Tapi misalnya nih, kemungkinan yg paling zero limit, dia bakal tau gak apa arti dari antropologi yg ia ucapkan berdasarkan KBBI edisi terbaru? Kita kadang sama dg anak kecil, kita dg umur segini sdh memiliki beribu kosakata yg terekam di otak kita, ada yg lolos seleksi—pernah dilihat—artinya meski sekali di kamus. Adapula yg tdk, namun terlanjur kita gunakan dlm sehari2 dan—mudah2an—arti rekaan hasil karya kita sesuai dg kamus.

Tapi kenapa sih harus kamus yg jadi patokan? Easy Darling…ya minimal kita gak perlu repot2 ikut dlm tim perumus penyusun KBBI tsb dan berpusing2 ria menyusun arti dr kata sesuai dg rumpun ilmunya.

Sebenarnya saya tak terlalu menganjurkan kalau tiap kata yg kita sudah sering gunakan lalu dicek lagi di kamus untuk tahu arti harfiahnya (selain tdk efektif, alih-alih menganjurkan, mengambil KBBI setebal 1350-an halaman saja saya malas luar binasa!). Pun juga tdk menyalahkan mendayagunakan hasil pengalaman yg membantu kita utk tau arti dari kata2 yang tertangkap dalam keseharian kita. Namun selain upaya kita mendapatkan arti tsb, upaya mencerna dan memahami tanpa tahu dari kamus, kemudian bermain2 akrab dengan kata tsb menggunakannya, mengeksplornya, saya rasa adalah hal terbaik yg kita lakukan untuk menjamu kata2 dlm perbendaharaan kita! dan kita sdh berkelakuan baik dg alokasi kata2 kita! Sayang kan kalau kita hanya menyimpannya saja di bank bahasa milik kita.

Bereksplorlah dg kata2 lama namun baru dlm “sensor pendeteksi” kita. maka jangan ragu untuk menggunakan dan mencari lagi kata2 lain yg kita blm tahu dan bahkan blm kita dengar sekalipun. Karna itu akan sgt menjadi hal yg terkeren bermain-main dengan kata-kata yg baru dan segar dalam dunia bahasa (jgn GR dulu, dunia bahasa tsb versi khayalan saya). Dan akhirnya kita menjadi ahli bahasa, minimal di Dunia Bahasa versi khayalan masing-masing. Menggunakan sensor pendeteksi bahasa akan menjadikan kita peka!. Wow..that sounds so hard to get! #halah, yg nulis ini juga masih bingung kok kemana jalan keluarnya paragraf ini... :D

May 08, 2011

Procrastination


 Procrastination

Sekarang atau nanti, tetap sama saja kita bakal melakukannya. Inilah semboyan saya untuk bisa menghilangkan jiwa penunda. Saya cenderung memiliki sifat procrastination, bahkan itu sudah melegenda seantero jagad keluarga saya di rumah. Hadeeuhh...parah bgt dah kalau diceritain disini, gak bakal muat merujuk ke tiap adegan2 dimana saya selalu melakukan akting penundaan saya dlm hidup. 

Bahkan ketika pikiran tergila saya sedang berkelana, kalau saja Oscar bikin kategori Best Procarastinator, saya bakal masuk nominee teratas (tentu saja! karna saingannya gak ada). Saya membayangkan bakal naek ke pentas (ya ampun 'pentas'? berkelas dikit dung kim, pake 'stage' gitu ah) dan tentu saja berdadah-dadah di karpet merah dulu, lalu menangis2 haru menyebutkan acknowledgment atas piala Oscar yg saya dapat.

Tapi itu semua tidak lagi terjadi untuk sekarang. This new life really makes me an -update person in present, this new life build me to be responsible human in my whole time, this new life made me so workaholic (kali ini edisi lebay). Karena saya selalu bilang ya untuk tugas apapun yg datang, karena saya sanggup untuk melakukannya semua. (oiya, kata 'sanggup' mengganti kata 'akan' yg sering saya pakai sebelumnya, and you know what, kata 'akan' cenderung memiliki makna negasi, karna di dalamnya membawa atribut penundaan, pekerjaan itu terselesaikan tidak dalam waktu sekarang, tapi nanti).

Saya sudah bangun dari kebiasaan buruk yg sangat merugikan saya. Saya sadar untuk berubah membutuhkan pengorbanan, alias keseriusan mau keluar dari zona aman kita, kayak misahin getah dari buah nangka, untuk bisa menikmati manisnya buah tsb, kita memang harus bersusah payah bergetah-getah ria kan?

well, saya sanggup menunjukkan integritas saya. Ituu yg saya bilang di pagi hari.

Hmm...So-oh-my-God banget gak sih kelihatannya?, tapi percayalah saudara-saudara, kata-kata tsb justru membuat saya dibanjiri perasaan semangat dan 'keharusan untuk more capable di bidang yg saya tangani'.

Jadi begitulah upaya saya yang terekam ini untuk menanggulangi sifat procrastination.

Follow