Try to search for The Things?

June 26, 2012

Let's Give Up, Let's Fail




Kau tahu kita berdua sama-sama keras. Kita mampu melunak karena perasaan yang masih ada kita jaga.

Siapa di antara kita yang setuju kalau preservatif ini bermula dari simbiosis mutualisme dengan kejujuran dan kesetiaan yang kita cipta?. Kita berdua mengangguk pasti.

Kau yang meyakinkanku dulu tentang kalimat ampuh “jaga-hati ya” yang kupercayai sebagai mantra penghibur jika rindu meradang. Itu dulu, sekarang kuanggap segenap blah…blah…blah… belaka.

Kau berujar padaku agar selalu membutuhkamu meski jauh. Aku mengiyakan meski aku selalu mandiri sebelummu. Tak berjeda, aku mengingatkanmu untuk tetaplah membutuhkanku. Tidak ada maksud krusial sebenarnya, hanya saja aku akan merasa senang untuk tidak diacuhkan.

Kau tahu, setahun lalu aku sangat mempercayaimu, tidak kurang karena kau meminta pendapatku akan segala sesuatu. Sekarang, sudah tak cukup masa untuk membiasakan kalimat-kalimat tersebut.

Let's give up, let's fail. I know..I let you laughed in this month last year. I then grab all that laughs by now.



--Kim--

June 15, 2012

Ambil iPod ku Sekarang!

Ternyata ada hal lain pada diriku yang sebenarnya aku sendiri belum tahu alasannya. Aku menggemari lagu yang riang dan menghentak-hentak, sangat addicted bahkan. Tak pasti mana yang dominan, entah hip-hop, Rhythm & Blues, rock and roll atau pop. Asal riang saja keywordnya, I'm in. Sebut saja 50 cent, Jay-Z, Sean Paul, Craig David, Drake, Fergie, The Black Eye Peas, Justin Timberlake, Ne-Yo, Drake, Chris Brown, The Chemical Romance, atau Usher, atau Pit-bull dan mungkin Fall Out Boy?. Aaah..masih banyak lagi, dan semua kulumat habis. Alat pemutar musikku isinya lagu-lagu itu melulu. Aku tidak menyisakan ruang banyak untuk musik barat yang bertempo slow dalam keseharianku. Mungkin pernah sesekali, lebih sering sebagai item pelengkap menjelang tidur.

Sementara aku tahu lagu berirama sedang dan cenderung melambat, namun aku tak begitu peduli siapa penyanyinya, dari negara mana, dari band apa. Selama ia terdengar 'fit' di telinga ini, I don’t mind. Sayangnya untuk kasus lagu-lagu ‘begituan’ aku tidak mendengarkannya sungguh-sungguh, berbeda dengan lagu beat yang aku beri porsi lebih. Aku mencari liriknya, dan mulai merapal seperti orang mengucap mantra dan jampi. Hari-hariku acapkali berbeda sekali terbius lagu baru yang aku kenal.  Seperti memuat kiloan semangat, tak kepedulian dan perasaan percaya diri bertambah.

June 13, 2012

Kimya and Marshall




I'm favoring the name "Kimya", since I read from my friend in twitter. My friend is a father of one little girl called Kimya. The father said the meaning of Kimya is princess (I do not know what kinda language is that from, probably Ibrani? or the name of princess in the era before century?, but for sure, it is not Persian or Arabic I've already checked it out). That recalls me from my nick name when I was in high school and stayed in Boarding school. All friends called me Kim (it has a long story behind), please read here. Based on my thought, the name Kim sounds so tough but hidden a smoothness inside, hehe.

And about Marshall, it was very my daydreaming moment. Got imagining about how cool it could be when my little boy in the future named Marshall. (and calling by "Macall" when he is still in first or second year with lisping spoken). it is cutee bebeh..!.thats all about I love the name Kimya and Marshall.

I love kids. Or is that just because they love me indeed?, I dunno. But sometimes, when I played around with my nephew and niece they can stand so long and not get bored instead of playing with my elder sister. Maybe just because they feel playing with the same size people is cutting off the gap. Haha I mean, my body small, isn't it? yes, yes. my body categorized in small size. And I don't mind if some awkward moments get me in a random situation.

Will tell yeah, in the airport arrival, we the passengers come down the upstairs of the plane. Next to me was a man and he poked me:

Man:  "Hi, do you dare fly alone?".

Me:  "Sure I'm not afraid Sir!".

Man: "did you fly with that your little friend? (with point out the little boy about 10 years old or average in front of us, and oh his body unbalance because of he brought heavy travel bag).

Me:  "......." (should I laugh or just keep silent?). "well Sir, I'm not. 
and...., I have graduated from University this year, and I've traveled around the world in many many times (hahaha this is so hiperb), did my face look so scary to have plane travel alone?".

Man: "Holy crap!, pardon me sister...! I thought you're a friend with him".

Me: (YOU THINK? Rrrrrr....*infuriated*).

For e view second I stepped forward to the arrival terminal, I was thunderstruck at the hilarious extraordinary conversation with the man. So I looked into myself, then valuing my appearance, not bad. But wait, I was look soooooo childish indeed. Haha! i was wearing Minang veil that's completely look so Madrasah (elementary) uniform. My puma jacket, and jeans. And oh yes, I wear Eagle slipper which is appropriate enough to the gym class. (Surabaya is raining all day long, so I decided to use slipper than shoes, whilst I just brought a high heels when got home after the business trip). Definitely I did not care with the outwear when I'm travelling around, the simply nice and comfort outwear is my priority.

Back then to the topic of Kimya and Marshall. Several times my friend and/or my sisters asked me to have named for their babies. Hilarious one! this might be I did several for creating the names, and jotting some words that I love to spell (in French, Arabic or Persian). Believe it or not, some of my ideas baby names were accepted to be their baby names.

Here the names I've created:

Yeissara Amri (my niece). Well, my sister ordered me to have an idea that indicated word of "Yesa", though meaningful. So I let her know what I've got: Yeissara (Arabic means: Permudahkan urusan kami, please make my life get easy). She and her husband suddenly don't objection with that. Sounds good then.

Hi There! My name is Yeissa
Aufara (my baby's sister's friend). I Just love to have that word. it is from Arabic language.

Khairani Farasti Azka (my niece). Khairani is Arabic word, it is my sister idea not mine. Then "Farasti" means an Angel. It is Persian language, I remember much of that word caused I learned Pesian, and farasthi (actual written: Fereshteh) is the one of basic word to brush-up during my learning. Then Azka from Arabic means holy, pure.

Azmi Nadiya Azra (my niece). well, the combination name came out while me and my sister opened my Buku Pintar seri Senior (the writer: Iwan Gayo, has anyone remember this book? I called it Kitab Suci -LOL- as it is very thick and has the complete various content and subject reference).

Istarizkizra. it is the fancy name that I love much, but sadly I didn't know the meaning, neither does my father. I've been asking for some people, but they didn't know the meaning either.

Mitsaka Ghalidza. I love that name as well! Once I got while reciting AlQur'an and detecting that the word is awesome. It is Arabic word (Mitsaqon Gholidzo: ikatan yang kuat; strong bond). But My father said its quite heavy to be the name of baby. I didn't know an implicit of his saying. 


Somehow, I love the name Kimya and Marshall, But there again, I don't know later on. So, has anyone want me to have some ideas for the baby names? :-))))



Cheers!
--Kim--






June 11, 2012

Membuka Kotak Pandora: Mati Rasa



Iya benar, baru aku tahu gimana rasanya mati rasa. Pengen cepet-cepet ngilangin perasaan itu, juga pengen cepet ngerasain kenormalan. Coba deh kalau kamu rasain kram or kesemutan. Dilematis kan rasanya? Pengen gerak normal, tapi rasanya luar biasa aneh, didiemin juga makin gak enak body. Tapi kebanyakan lebih pilih diemin sejenak, toh entar bakal reda sendiri. Dimana-mana hanya waktu yang jadi bestfriend forever bakal ngertiin dan bantu pulihin ke kondisi normal.

2011: People change, Times move, Feelings fade, Lovers drift

Iya setahun tanpa rasa alias mati rasa telah kulewati. Orang bisa saja berubah, perasaan bisa saja pudar, waktu terus berganti, sedangkan cinta datang menyapa (ada yang berlalu dan ada juga yang tetap bertahan dalam memori).

Apa rasanya jika dalam posisi kayak gitu ya?. Eh bingung ya? yaudah aku jelasin. I swear ya ini bukan curcol kok. aku sudah tobat mencurcolkan diri di blog ini (Ohyeaaa?). Time you're done with someone and released that one tanpa ada rasa benci dan jengkel tertanam di dalamnya (mungkin ada sih ya sisa-sisa dikit benci tapi gak fulfilled within 100%), lalu tiba-tiba orang tersebut kembali menyapamu, nah apa yang kamu rasa?.

It's like: Whaaaattttt? beraninya dia nunjukin mukanya kayak gitu.
Maybe another like: Go f*ck with yourself!
or perhaps: Sssudaaaah pergi saja sssaaana! Muak kulihat muka kau! (baca gaya mie S*dap)
or should be: Hi Hello, welcome to my friendzone!


Which one will you choose? The like, the maybe, the perhaps or the Should be?



Agak menjengkelkan memang kalau pilihannya The Should be, berasa 'kalah'. Boleh saja memilih another option yang sedikit agak temperamen kesannya, tapi dengan catatan selamanya kamu akan merasa terbebani dengan hal-hal yang seharusnya you leave behind.

Sama menjengkelkannya dengan caption in that picture above bukan?. Sudah berkali kali aku melihat 500 Days of Summer, dan belum merasa bosan. Selalu saja ada kesan menarik di akhir cerita atau di setiap adegan (yang biasanya dicocok-cocokin ama diri sendiri. #Ngok). Film ini kayaknya bener-bener ngekick off makhluk berkelamin lelaki si Tom yang 500 harinya dibuat klepek-klepek ama si Summer. Doh! Mbak Zoeey ini kurasa ambassador kaum perempuan sejagat. Sekali-kali memang laki-laki harus dibuat kelimpungan kayak gitu *emosi nih yang cerita* and then she played well. dan Oh well, kurasa aku perlu menambah tag FILM review, which is tiap Sunday afternoon makananku memang film, film, dan film. 

Oh ya, mati rasa? kurasa itu semacam rasa perayaan, jadi boleh kok dinikmati sambil nonton film..



See Ya!

--Kim--


My Very Hard June


My Very Hard June:

1. Putus sama pacar yang udah hampir 6 tahun pacaran LDR
2. Sakit Gastroenteritis yang mewajibkan rawat inap di RS selama empat hari.
3. Mengalami malas makan yang teramat sangat sebelum dan sesudah sakit.
4.Pacar ngajak baikan dan balikan lagi via telepon (Oh, c'mon!)
5. Dan..selalu rindu rumah di saat-saat kayak gini

I wish I could be a rabbit, they run as they want. And I want to have appointment escape in somewhere dubbed an island.

My plan ahead:

 1.Ambil one year gym kelas hip-hop dance dan yoga.
2. Latihan renang lagi seminggu sekali (I doubt it)
3. Mau nyoba bikin cupcakes, berguru sama kawan kantor.
4. Kursus privat untuk (tentu saja) ambil tes toefl ku yang sudah kadaluarsa.
5. Lanjutin kembali kursus Bhs Perancis di LIP Salemba (Oh shit! harus beli lagi buku-bukunya).


My next urgent plan:

Visit Green Canyon Pangandaran and Tangkuban Perahu. And yeah, beach….(don’t mention me it is Ancol ya)

Can you deny this fabulous place is exist in this world? (pict from: http://www.panoramio.com  )

Must visit before you die (pict from:  http://thewordiswhite.wordpress.com)




June 03, 2012

Membuka Kotak Pandora: College Era


Menceritakan tentang college era sama artinya dengan membuka kotak pandora. Ada banyak benda yang bisa ditemukan dalam kotak itu. Umumnya Pandora yang berasal dari Mitologi Yunani penuh dengan hal-hal yang menyakitkan, tidak menyenangkan dan hal negatif lainnya. Hanya saja ternyata masih tetap menyimpan satu benda kebaikan bernama harapan. Benda inilah yang kemudian ternyata (menurut versi saya) menyimpan hal-hal yang membuat tertawa atau tersenyum, meski dalam massa yang teramat kecil. Hal konyol, cerita membahagiakan, kesan pertama kali jatuh cinta secara dewasa (kayak mana ya itu?), kebersamaan dengan kawan-kawan kos, teman-teman kuliah, dan "perjalanan" itu sendiri. Ibarat kaset, empat tahun memang tidak akan cukup jadi side A dan side B yang bisa diputar bolak-balik sehari empat hari.

Pandora dan benda kecil kebaikan di dalamnya bernama: harapan



There was a song that reminds me in a random moment of college era:
(disclaimer: maaf cerita ini akan sangat-sangat mengandung curcol dengan kadar yang berbeda-beda di tiap kalimat, tidak ditulis dalam kondisi nangis bombay, melainkan kesadaran penuh disertai senyuman sedikit getir, dan tidak disarankan mengkopi perasaan bagi yang tidak sengaja ingin membaca).



Ini lagunya: Aku Mau - by Once (dengerinnya sewaktu hujan ya, hehe)

That song really bounce me in very deep moment. Mungkin bukan lirik seutuhnya ya, (Ehm, saya memiliki cinta yang nyaris sempurna waktu itu), lirik reff-nya saja boleh lah kalau dicocok-cocokkan dengan saya.

Heavy Rain
Jadi ceritanya lagu itu membenamkan saya akan gerimis atau hujan yang hampir mereda di area paving jalanan pulang kampusku menuju kos. Dia menjemputku untuk sekedar makan siang ataupun melewatkan sore di teras kosanku. Berjalan dari kampusnya di Jl.Demangan dan kampusku di Jl. Laksda Adisucipto memang lumayan. Tapi karena berhati legawa dan berbunga-bunga, jarak itu bukan masalah berarti. Ohiya, kami merasa sempurna juga meski tak memiliki kendaraan. Padahal kota Yogya dikenal dengan kota wisata yang sarana transportasinya buruk. Solusinya tidak lain  ya bawa transportasi sendiri!. Kami tidak memilikinya memang waktu itu.

Hal terkonyol yang pernah ada yaitu jalan kaki kami keliling Jogja. Bertolak dari hotel Phoenix ke arah Gramedia pusat Yogya dengan berjalan itu cukup capek ya. Siapa yang pernah coba?. Hehe aku dan pacar (ex-boyfriend exactly) pernah melakukan hal gila tersebut. Dari Gramedia pusat kami berhenti sebentar untuk mencari buku, dan tentu saja seporsi burger dan segelas orange juice (yang rasanya persis sirup A*C itu) kita jadikan amunisi untuk bisa berjalan lagi.

Sebenarnya sih kami mau-mau saja ambil taxi atau becaklah kalau ada, tapi sepanjang jalan benar-benar tidak bisa kami jumpai. Ditambah lagi perempatan depan Gramedia Pusat Yogya ini jalannya agak complicated dan dilematis (ya ampun seperti hubunganku saja #curcoldetected). Jika kita dari arah Tugu ingin menuju ke Jl. Laksda Adisucitpo maka lewat perempatan ini harus berbelok ke arah kanan atau kiri, karena maju terus pantang mundur itu milik Slank, hehe karena lurus terus itu adalah one way. Padahal jika diperbolehkan, akan sangat dekat menuju Laksda Adisucipto melalui one way tersebut, tinggal lurus-lurus aja, gak perlu belok kanan-kiri yang bikin jauhnya minta duit.

Karena kami pedestrian, bisa-bisa saja jalan terus. Trotoar di area RS Bethesda yang kami lewati sangat tidak nyaman, karena banyaknya pedagang kaki lima yang mengambil hak tempat pejalan kaki. Rupanya mendung semakin gelap. Ah kacau lagi, di depan adalah perempatan yang masih one way. Aturan mainnya meski kita dapat taxi/becak akan memilih belok kiri atau kanan untuk mencapai destinasi kami di Jl. Laksda Adisucipto. Kepalang tanggung, kami ngepos dulu di toko makanan di lampu merah. Sambil menunggu hujan reda, kami membeli makanan pengganjal perut dan one cup ice cream. Bayangkan betapa jauhnya jalan yang kami tempuh, kami tidak peduli.

Selepas hujan reda, kami melanjutkan jalan (sehat) di kawasan yang jamak disebut pertokoan Gardena Mall, nah jalan lurus saja akan kita temukan XXI, lalu sampailah di batas kota (Yogya dan Sleman) yang ditandai dengan gapura memayungi jalan. Di sini kami tertawa -tawa seakan mengisyaratkan mission accomplished. Muka kami terlihat letih, namun ada rasa yang lebih dari itu (rasa capek dan pegal di kaki iya!). Kami berpisah di Batas Kota (duh, lagu Batas Kotanya Tomy J.Pisa perlu diputer gak ini?), ia berbelok ke kiri menuju Jl. Demangan yang kurang lebih 700meter lagi, sedangkan aku berbelok ke kanan, dan menempuh tak lebih dari 500meter menuju kos. Total jalan (sehat) kami dari Hotel Phoenix menuju Jl.Laksda Adisucipto ternyata 9km. Gila!

Ohiya ada lagi yang cukup terekam dalam ingatan, yaitu jalanan kosku menuju gedung pameran buku di Jl. Laksda Adisucipto yang selalu aku samperin ketika pacar (ex-boyfriend ya sekarang) datang ke Yogya. Waktu itu dia belum mengambil kuliah di kampus Jl. Demangan. Jadi dia menyempatkan datang menjumpaiku setiap akhir bulan atau beberapa bulan sekali. Seru sekali rasanya jika saat-saat itu datang. Rasa rindu yang sudah dikoleksi dengan menghitung hari-nya Mba Krisdayanti dihamburkan sehari-dua hari dalam judul lagu Oh Bahagia-nya Mbak Melly Goeslow. #halah.

Well, kurasa kadar curcolku sangat berlebihan. Segera minta diakhiri. Kotak Pandoraku yang berisi benda bernama harapan memang banyak menyimpan kenangan. Harapan memang selalu datang lalu pergi tanpa pamit. Benda itu yang aku gunakan untuk melindungi diri dari benda-benda jahat lainnya di dalam kotak tersebut. Dengan harapan (yang listnya kusimpan rapi di ingatan) menjadikanku orang yang legawa, selegawa aku dan kondisiku dahulu ketika menjalani kurun waktu lima tahun LDR bersamanya. Aku memang dulu bahagia bersamanya. dulu.


See You Hopes!

--Kim--


Setahun Tanpa Rasa


Sejatinya saya mempercayai semua orang. Sampai orang tersebut membuktikan tidak bisa dipercayai. Sesimpel itulah saya.

Kalimat pertama kukutip langsung dari ucapan Pak Dahlan (tentu saja tanpa embel-embel kalimat kedua). Kudapat entah di twitter, entah di portal online, saya lupa. Saya langsung terkejut. Bukan saja karena kalimat tersebut terbaca catchy, lantas saya mencocokkan dengan personal saya. Bukan. Namun semacam mendapatkan dukungan penuh atas apa yang kulakukan selama ini.

Saya menyukai orang seperti Pak Dahlan, yang tahu bagaimana ia mempergunakan hidupnya dengan baik. Oke, mungkin itu terlihat terlalu ‘berat’ membawa kata “hidup”. Tapi baiklah kita tinggalkan sebentar tentang Pak Dahlan, karena saya ingin mengungkapkan sedikit saja tentang kisah Si Wasit Tinju dan Perasaannya

Si Wasit merasa cukup dengan profesinya setahun ini. Karena ia sering berada di antara dua insan (yang sebenarnya) saling mengasihi (mana mungkin mau jotosin orang yang bahkan tidak dikenal?, bener gak?). Yah hati orang siapa sih yang tahu?. Wasit merasa selalu menabak-nebak kira-kira langkah apa yang akan diambil dua insan ini selanjutnya.

Itu Melelahkan!.

Jadi ya sudahlah, daripada lelah, lebih baik mundur saja kali ya si wasit ini. menurutnya tidak baik jika memaksakan kehendak. Meraba apakah kedua insan tersebut sudah tidak saling menyayangi dan mengasihi, atau justru saling memendam kebersamaan dalam setahun terkungkung oleh aturan? ya, aturan pertandingan.

Majas asosiasi saya memang buruk, tapi mungkin wasit tinju ini perlu sekali mengundurkan diri saja. Tempat yang lain masih layak untuk mendapatkannya. di tempat yang tak melulu bersitegang jumpa dengan yang namanya "menebak-nebak' dan "mencurigai". Di tempat yang tidak menempatkan ia pada dua insan lagi. Di tempat yang tak menyuruhnya hanya menjadi pihak penengah. Di tempat yang ia menjadi pemeran utama.

GNite!

Follow