Try to search for The Things?

February 28, 2013

Sementara Lupakan KAHRIMUNDJAWA



1 hour to go-in term of should be.
Lagi dengerin Kimbra- Settle Down. Lagu yang randomly I pick in youtube. Solely, kali aja bisa nenangin mood yang naik turun kayak kerekan burung. Iya ini satu jam sebelum jam 8 malam yang seharusnya saya sudah ngider-ngider di Gambir dengan centelan tas ransel dan tas slempang. Tapi apa dikata, padi kutanam tumbuh ilalang...(in case you're wondering, itu lagunya Mba Poppy Merkuri, ehm! #penting)


6 hours to go-in term of should be.
Pagi tadi saya sudah bawa all the stuffs ke office. Rencana berangkat ke St. Gambir sepulang kerja. Siang kayak gini sim card saya mulai berulah, segala restart sudah berulang kali dicoba tapi hasil menunjukkan tulisan error dan sim card is rejected. Pergilah saya menguruskan 'nyawa' saya itu ke galeri Indosat Ambassador. On that way to go, gak ada perasaan apa-apa kecuali mikir "ni kartu kudu beres sore ini, kalau gak bisa mati gayalah saya di kereta nanti". Biasa..gaya anak socmed ya ginih inih men.

5 hrs to go-
4 hrs to go-
Krik..krik..krik..masih di galeri Indosat.

3 hours to go-in term of should be.
Udah balik ke office, dan lagi ngecek satu-satu perkara penting dalam tas ransel. Make sure everything where it belongs. Karena kondisi sim card masih belum bisa aktif. Isenglah saya ngetweet lewat twitter PC. Yang kepikir adalah ngasih tau ke dua orang maha-penting kalau sim card saya error. Mereka adalah dua orang yang akan menjamin "kesejahteraan" saya di Jogja dan Karimunjawa nanti. Tapi kenyataan datang gak seindah jawaban yang udah kamu proyeksikan.

Yasudah gini aja, singkat kata cuma mau ngasih tau kalo: trip ke "pulau noh" di cancel! APAH? YA DI CANCEL! Segala gedabrukan eksyen saya lakukan, bukaaan...bukan ngetwit atau apdet status (you think?). Berusaha cari konfirmasi, in case what the definition of "di cancel". Is there any nearly dated scheduled after? Semisal ditunda sehari dua hari gitu. Or makna harfiah dari batal, ya batal, b-a-t-a-l !, no more.

2 hours to go-in term of should be
Sudah mulai agak tenang, tapi kondisi masih kurang stabil. Nyoba telfon ke stasiun, kalau-kalau bisa di refund atau di re-schedule itu tiket promo yang tergeletak tak berdaya di meja. Tapi ternyata gak bisa alias apa? hangus sob! oh agak sedih, tapi gakpapa lah cuma promo, Tapi yasudah lah jangan dibahas lagi. Quick decision has been decided. I would stay in Jakarta rather than leaving just because you might feel *want it* so badly. No I'm not one of those reasons.

The option was either to feel sad (but not that too sad) or stay calm, yet I choose the third one: in between. Gimana ya istilahnya? masih bingung kategoriin perasaan saya sebenarnya. Dibilang sedih, ya sedih, karena apa yang direncanakan harus mengalah pada hal-hal yang disebut "bukan kuasa kita". Tapi juga bisa stay calm dan masih woles karena previously saya malah bikin postingan kalau hadiah ke Kahrimundjawa ini "all the way that I'm not deserved yet so far". Iya percaya atau gak saya udah nulis kayak gitu (berada disini postingannya).

Saya gak nyalahin kenapa juga mikir segitunya, jero, dalem.. I would say I write what I feel, thought I might deliver what the literally divination? call it maybe. Tapi apa itu sebutan firasat lah, ramalan lah, pertanda lah., saya sungguh percaya they run in their own way tentunya, in their precision term. Gak ada yang kelewat atau meleset. Dan manusia kayak kita inih, kecuali cenayang ya, mungkin hanya bisa ber double O kalau segala sesuatunya terjadi selintas persis seperti yang sudah terfirasatkan. Atau mungkin jika menelisik ke postingan saya sebelumnya, Juragannya Alam Semesta ini tahu persis saya kudu dikasih bonus dan hadiah kapan dan dimana. Kalau alasannya gitu, yawis monggo...Juragan yang Paling Tahu kok. Akhirnya mesam-mesem sendiri. (Haha ngomong apalah saya ini, sok bikin termination)

Oiya, pada tahu kan alasan kenapa ada cancellation ke Karimundjawa?.

Kalimat "aku akan mengarungi lautan dan melawan ombak" itu preet lah. Ombak gak bisa kita lawan. Ombak gak bisa kita lawan. Ombak gak bisa kita lawan. Ombak...ohman!
*Karena yang bisa kita lawan adalah perasaan sayang ke mantan!*

Wis sudah, nyampah saya diakhiri di sini dulu. Waktu menunjukkan 10 minutes to go-in term of should be.


---Kimmi---


PS: Lagunya Mba' Kimbra itu enak lho sodara-sodara, yang suka ama weirdest song ever, silahkeun dinikmati, mumpung youtube masih gratis. Nih saya bagi link-nya: berada disini klik-nya


February 27, 2013

Real Whatnot



I'm Tired..,
Doing a whatnot things (too much?) dan bahkan label di  blog saya kebanyakan diisi whatnot daripada yang thought. Manalah saya bisa bedain yang penting disebut "pemikiran" atau cuma "nyampah". Ya kiranya demikian orang yang sedang keracunan kopi Aceh (see berada disini ) ini menulis perkara apa yang dia rasakan.

Sedang gak tahu harus bersenang-senang menyambut liburan ke Karimundjawa besok atau harus gimana gitu.., jika melihat ini sudah akhir bulan Februari tahun 2013. Harusnya menjelang liburan dibikin excited begituh ya? harusnya. Tapi kondisi lagi gak blend either to be happy or sad just because knowing that I pause the big thing aside. Apa ya sebutannya, I'm not deserved to stuff all that yet?, di kala lagi ruwet and merosotnya performa saya dalam hal, ya di pekerjaan, cita-cita yang disimpan dalam-dalam  and always echoed in my ears, dan target-target yang entah kayaknya pudar tapi masih keinget tajem di pikiran. Solely, segala sesuatu yang harusnya I paint my nails soon masih kepending, sedangkan tiba-tiba saya mendapatkan door prize berleyeh-leyeh ke Karimundjawa dalam lima hari!

Hah, kamu apa-apaan sih, kan bisa gitu ya kamu refresh your spirit, re-charge your vulnerable energy, dan calm your mind sewaktu berlibur nanti?. Balik-balik ke Ibukota kamu sudah siap menghajar segala sesuatu kiss-my-ass-nya Jakarta. Apalagi nomer provider henpon kamu bakal mati tet di pulau sana. Does it sound like in a heaven?, hmmm...melarikan diri dari bencana sesungguhnya yang terus mengejar sih iya. Tapi juga gak gitu juga sih..

Lagi dapet tugas yang kurang ajar banget I don't get anything to be attached with. I don't have any ideas, a brainy ideas, all that I see is blank 13. Selebihnya urusan bagaimana membagi waktu supaya bisa ngejar itu yang namanya "kunci masa depan" dibereskan secepatnya dan sesingkat-singkatnya. Masih powerless buat kelarin tugas beginian dalam kondisi "beginian". Sekaligus berharap segera itu "the power of kepepet is all what you need" datang. Tepatnya besok, hari sebelum saya berangkat berlibur.

Hello Juragan, Dear World's Juragan..

HambaMu tired sangat. Bukan tenaga, tapi pikiran dan jiwa tak lagi seirama dan sentausa seperti sedia kala. Sedangkan time flies so fast and like, so much that fast, very fast. I'm here still crumbling, trembling and twiddling. Sounds like I lost wholly my energy to lift my life up, UP, and UP.

---Kimmi---


February 26, 2013

Kopi Jahanam


Namanya kopi jahanam. haha itu metafora saya ketika pada akhirnya hanya secangkir kopi membuat kehidupan fana saya menjadi unbalance. Jadi, malam-malam selepas working hours, saya dan teman wartawan kumpul di galeri ANTARA. Saya mau belajar fotografi sih sebenarnya. Jadi dijelasin panjang lebar tentang apa itu diafragma, ISO dan speed. Empet-empetan saya berusaha menerima semua penjelasan itu. Nah, teman saya menawari kopi yang ia sebut dengan kopi khas Aceh. Dia mengisyaratkan "you must try" ketika saya sudah keceplosan deliver un-spoken words "saya bukan peminum kopi". Ah, mana mungkin saya menolak kalau sudah begitu, untuk mencicipi kopi dari pulau Serambi Mekah ini?.

Padahal sebelumnya saya sudah minum Nescafe kotak dingin di sore harinya. Malamnya secangkir kopi khas Aceh ini, yang saya pikir tak jauh lah rasanya dengan Old Town dari Ipoh, akhirnya bisa membuat saya caffeination: apa ya itu istilahnya? melebur jadi satu dengan kafein alias keracunan kafein?. Kopi Aceh  punya rasa yang aneh, keras, tajam dan sedikit asam. Saya habiskan secangkir sampai akhir tutorial pukul 11 malam. Dan tahulah akhirnya, jam 3 pagi saya baru bisa tidur, itupun karena dipaksa. Lalu sejam setelahnya bangun, dan begitu seterusnya, sampai jam 9. Saya harus berangkat kerja woy! Jangan tanya bagaimana penampakan saya di office. Kusut, kurang fokus, gak ada nafsu makan, perut bergejolak bolak-balik toilet, deg-degan dan malah ngeblog!. haha, saya ini habis minum kopi atau nyesep ganja sih?.


Penampakan Kopi Jahanam


I'm all tea, I'm not coffee drinker. Tapi tak menolak jika diminta icip-icip untuk kopi aneh-aneh yang belum saya rasa, that all the once. Jangan bilang untuk teh. Saya punya buku tentang teh. Saya, sejauh ini sudah merasakan teh di berbagai tempat yang saya kunjungi. There are stories in every taste. Ada Tong Djie di setiap rehat dan relaksasi yang bikin saya inget my collage era, Rosela ketika menikmati perkebunan teh di Malang, teh tarik mamak kedai di Malaysia ketika saya bertugas di negara Jiran, teh Cameron Highland ketika saya sedang di perbatasan, Twining ketika saya berada di Aussie, dan Earl Grey Tea yang bikin saya nyesek dan embarrasing dengan Bos saya. Iya si Bos yang sudah lama stay di UK, ngomongnya cepet, sampe saya gak tau dia ternyata minta itu teh.

Haha, jangan buat saya untuk mengkopi tabiat berkopi anda. Mari kesini, bergabung membicarakan teh dengan saya.



--Kim--


PS: kata teman kantor, ternyata kopi Aceh memang kuat rasa dan kuat kalo dibuat melekan (begadang), Notice buat yang punya maagh paling banyak tiga sendok sruputan sudah nendang. Lha saya secangkir di tenggak bo'!

February 21, 2013

Mirroring Oneself



Lagi dengerin lagunya David Guetta ft Sia -Titanium. Lalu kemudian bingung sendiri, mana David Guetta nya? lalu kemudian giigling, oh ternyata David Guetta itu DJ-nya. Sudahnya ternyata ia sering dipakai di lagu-lagu bergenre hip-hop, dari I Got the Feeling, LMFAO sampai Step Up 3D. Oh terima kasih mesin pencari dan wikipedia, anda memudahkan hidup yang sudah demikian rumit menjadi answer-able banget.

Pagi di teritori Ibukota yang belum disapa matahari kali ini sungguh undermining sekali. Digempur oleh anak psycho yang tiba-tiba meminta penilaian dari saya. Tapi values yang diminta yang baik-baiknya dia. Kemudian hening. Cih, mau saya yang nilai? Saya akan nilai dari apa yang saya lihat wholly. Parahnya yang saya lihat darinya adalah sisi buruknya saja. Sama seperti ketika saya melihat FPI kependekan dari Front Perusak Islam, daripada kepanjangana aslinya. Ya memang itu yang kelihatan. Kadung bencinya saya mungkin ngeliat kelakuan doski yang ngeyel dan gak teratur (kalah ama teraturnya bus ngetem). Untung saya gak segitu kepancing jadi psycho juga hanya karena membeberkan daftar keburukan dia di mata saya. Kalau saya kepancing, sia-sialah subuh dua raka'at saya tadi. *kibas mukenah dan sajadah*

Satu hal yang saya lupa sadari, setiap manusia memiliki percikan sifat Narcissus yang effortless- a fixation to oneself. Saya punya, dia apalagi. Kalau saya menangkap dan melihat yang buruk-buruk di orang lain which is not the talent that I proud of (haha barusan saya ngomong apa itu bawa talent segala?). Kalimat "I'm better than him/her" jadi semakin manusiawi dengarnya. Sedangkan anak tadi disputing her negativity dan cenderung ingin (mendamba) penilaian orang tentangnya yang baik-baik saja. Bagi saya semakin aneh saja dengarnya. Padahal sama saja intinya.

Jadi judulnya, that's so natural, normal, annoying and embarrassing. 

Kita-kita ini apalah selalu menyalahkan kambing hitam, memangnya kambing hitam mau disalahkan sama kita?. Kenapa sih kerap sekali menjadikan outsider sebagai excuses keburukan kita terlahir?. Kenapa kita susah sekali mengakui, bahkan dalam ruang privat sekalipun melucuti kebobrokan diri?. Apakah menjadi rumit jika kita mencari insider dalam mengevaluasi diri, lalu mengupgrade kapasitas kita ke level paling yahud. Apa ya istilahnya: kembali ke jalan yang benar?. Jangan pakai "kita" ding, kebanyakan pake "kita" semakin menggeneralisir, membuat kalian-kalian yang baca mengiya. Ini tentang saya kok. Lagi ngomongin values. (Eh tapi kalau ada yang merasa in-coincidentally in the same perception, ya marilah kita bersama pergi ke KUA *lho)

Suatu hari kita lebih sering menggunjing outsider tapi lupa memperbaiki insider. Ya maklum lah Pak Haji...kita-kita ini kan manusia juga, yang tidak luput dari apa? *sodorin mic ke penonton* menonton infotainment sehari 5x!. Karena asoy kali ya ngomongin orang, renyah gurih pedas serasa makan maicih seplastik. Ehtapi kalau rahasia umum gimana dong?. Intinya apa gitu, menyamakan persepsi derived from people to one person. Jadi bukan gossip. *Yaaak! yang aman-aman saja sama ngeles saya barusan boleh angkat dua jempolnya tinggi-tinggi....~*


Ingat tokoh Haji Muhidin dalam Tukang Bubur Naik Haji?. Cuma pengen ngasi tau aja: berHaji Muhidin-lah kalian, niscaya segala cacat yang malu-malu disangkal tampak 'terpampang nyata' dan ctar.

Yaudah boleh kali ya ngomongin orang tapi berakhir ke ngomongin diri sendiri (yang bukan narcisism). Is it more like mirroring oneself?


--Kimmi--




February 18, 2013

Trigger



Saya pernah membaca tulisan seseorang (lupa siapa yang nulis, dan lupa dalam bentuk postingan atau status atau apa), bahwa setiap manusia selalu membutuhkan trigger atau pemicu untuk menjadi jujur sejujur-jujurnya. Seringnya ketahuan dulu, baru beri klarifikasi. The option was either in the relationship or something that dubbed a larger than life. Don't be so transfix for the first option, but the second one is nearly made my instinct to survive in-life.

Dalam setiap hubungan, siapa yang membuat kesalahan, siapa yang memaafkan menjadi hal yang selalunya begitu-begitu saja, standar hubungan dan sekilas terasa boring, iya memang iya. Ketahuan selingkuh misalnya, mati-matian minta maaf. Kalo gak ketahuan tetap saja merasa jalurnya sah dan legal. Ah, is there anyone walk in that shoes?. Lalu apa jika semuanya mesti butuh pemicu?.

Suatu hari saya memang membutuhkan pemicu untuk hal-hal yang insecure. Butuh tameng, butuh segumpal keberanian untuk maju mengatakan yang sejujur-jujurnya. Tapi saya melakukan untuk hal yang biasa saja, pekerjaan misalnya. Bukan untuk menutupi oh well, let's say: an affair? I rather choose not to hear that word than to use it.

The question is: mengapa harus butuh didorong kalau hanya ingin mengungkapkan keanomaliannya?. Mengapa dibutuhkan kepergok dulu-hard time to beaten-up each other-kalau hanya untuk mengatakan jalannya adalah ilegal?, Mengapa sebercanda itu sih kalau mau menjalani hubungan?. Apa memang disana letak seni ketidakseriusan dan ketidakdewasaan seseorang dalam menghargai sebuah hubungan?. 

Bagi kalian di luar sana, yang punya hati shine bright like a diamond, terlalu gak selevel kalo diampelas pake amplas kayu. Girls, you need to stunned, and even when you alter the muddy ones, get the trigger to lift your life up, make sure you made the trigger for the good one. Don't be insane..., Don't plunge yourself into the baddass (unless you wanna see the pattern: Karma is not just about the troubles, but also about surmounting them). Don't act like you're categorized too risky, and you can do anything you want. That echoed completely "hello, are you losing your mind?


--Kimmi--

February 11, 2013

Seriously?



Is it like everything for being shared (?) to whom didn't relate with your everything happened-in-your-daily? I would say the option was either to feel worrisome or funny to find that. So my friend is kind of a guy who really love with his best friends. Indeed, he then really love to share what  they're doing together. Share to me? obviously for first off, I'm deal with it. But on and on, that's surge annoying.

That will be a lot to take it, If i would say you're NOT mature enough to treat yourself in your age dude.  Best friend freak? (maybe). Sorry, but act like a bloody grown up!. You did everything and so proud of your surrounding best friends. We have too! but we don't need to share everything we do with the best friends to someone else. Knowing you that always presenting what you've been through with your best friend, put them before you was just like....seriously?.

Gitu ya apa hubungannya kamu ceritain segala hal tentang anak temanmu yang lucu, tentang temanmu yang ini dan itu, tentang suaminya yang bule. Apa saya kenal teman-teman kamu?.

Didn't wanna tell you that the meaning of best friend is innocuous. But could we please look at ourselves what's the point of getting their life to infuse in our life too much? happy? we could make it by ourselves, sharing? your friend is not a jar of your vomit stories, proud? that's them, not you. Indeed when you're talking to me once more about what you're doing with your bestiest, I don't give a damn care for a goodness/badass you're doing (anything you do with you or your friends is clearly not my business).

Now, I find the pattern, herein lies the real you, real chick boy, and tell to your mamma if you're not keen being live together with your best-bestiest-friends for ever and ever, are you?



--Kimmi--

February 08, 2013

This Week is a Silent Killer



Di suatu sore menjelang senja, atau kata orang Jawa langit sedang surup, saat siaran televisi berhenti sejenak untuk mengumandangkan adzan maghrib, dimulailah drama seri absurdity saya.

Kantor mulai berkurang personilnya, satu demi satu mulai berhenti beraktifitas, tapi boostering mood saya justru semakin naik naik ke puncak gunung. Pikiran saya ini loncat kesana kemari, lincah seperti angry bird melambung dari ketapelnya. Ehtapi suasana hati lagi bagus, belum tentu juga yang tertuang di tulisan senada seirama. Ini malah kebalikannya. Sudah absurd, ngakunya mood boost, tapi produksinya yaaaa....sekelas curhatan seperti yang saat ini kalian baca.

Saya ini lagi gundah, entah gundah karena apa (ya namanya juga absurd). Mulai menebak-nebak, apa karena dua minggu kemarin tugas keluar kota yang menguras kestabilan jiwa, hati dan tenaga??, dihantam sana-sini urusan kerjaan?, apa karena Ibu saya yang lagi ada di Jakarta (antara gimana-gitu-ya-perasaan saya dan excited, semoga Ibu gak kapok ngurus anaknya semingguan di Ibukota), apa iya karena saya semakin kesini, semakin melihat kekurangseriusan "dia"?, apa iya kalau hidup saya terlampau begitu-begitu saja?, apa iya saya membenci bagian diri saya yang kehilangan antusiasme masa muda penuh nafsu dan gairah (wait, apakah barusan saya memakai kata "gairah" dan "nafsu"? saya tidak sedang menulis skenario film Bang Haji kan?). Dan bagaimana kalau "apa iya-apa iya" saya lalu diiyakan juga oleh saya?.

Saya juga lagi engga kepingin-pingin amat buat baca buku. Seperti biasa kalau saya kurang stamina, perginya ke toko buku (ish!, sok kutubuku lah orang ini). Beli buku beberapa, kadang dibaca cepet kadang entah sisanya kapan tahun dipegang. Juga lagi engga kepingin-pingin amat tuh yang namanya belanja. Iya kadang belanja jadi distraksi saya nomer kesekian kalau bener-bener putus asa gak tau apa yang bisa saya perbuat untuk negara *tsaaaah. Lagi mau jalan-jalan backpackeran, juga engga begitu pengen-pengen banget.

Can you please imagine in such a way you hate your self, and even the hatred part of you hates yourself back? Tired?

I'm exhausted

Knowing myself that I doubt everything (includes the religion I have so far) and you, but knowing myself  is being attached by 'the doubt' on you, kind of curiosity, a conquering one, is overwhelmed as well. I'm tired being a two; a half way on me and you. I put you on my everything and before me.

Hah, yasudahlah, mungkin saja saya kurang fokus, terlalu banyak yang dihinggap-tempeli, lalu dijadikan patokan, lalu hilang fokus utama yang dipasang duluan. Gak ada mungkin yang lain, kalimat pertama saya itu sudah benar. Kurang fokus, sehingga dikira yang lain-lain dijadikan prioritas juga. Makanya hasilnya gak maksimal.

Baiklah, HAI FOKUS, kamu kemana aja? Gak liat apa disini lagi nyariin kamu sampe bisa nulisin jadi postingan yang engga banget ini?.



---Kimmi---

Follow