Sudah lama saya tak menulis. Menerjemah kolom Juragan sih tiap minggu, pun membaca berita yang saban hari saya pelototi di layar komputer. Saya sedang gamang, tak ingin lagi kebiasaan mencurahkan 'perasaan' yang sedang didera diumbar mudah dan murah. Tapi dalam palung hati yang paling dalam, apa soal jika saya menuliskannya juga?. Ah saya jadi teringat ketika seseorang mengatai saya dengan ungkapan tak pantas yang merujuk pada kata 'murah' dan sejawatnya. Saya tertegun dengan kelompok kata yang ia pilih, apakah berdasarkan akal sehatnya? kenapa sesering itu? Kenapa harus 'murah' dan sejawatnya yang ia lepaskan segesit anak panah Ekalaya memberondong tepat ke menjangan buruan Arjuna? Tahu apa dia tentang saya?.
Sebulan terakhir saya menjalani hari yang luar biasa. Plesiran iya dan kerjaan semirip pekerja PT Cahaya Logam juga iya. *Haha hapal banget ya saya dengan kasus slavery di Tangerang itu*. Mei pertengahan, saya tiba-tiba sudah di Stasiun Tawang Semarang dan berjumpa dengan kawan lama. Ah kami bernostalgia meski sejenak. Lalu malam selanjutnya saya sedang berada di tengah-tengah pulau yang berjarak dua jam berkapal ekspress dari dermaga Kartini Jepara. Saya dipertemukan dengan teman-teman yang randomly awesome. Ada Bu Manager Teenlit dan Pak Editor dari penerbit mayor di Yogyakarta yang kalem tapi gokil, ada Pak Dosen Ekonomi di sebuah universitas di bilangan Bekasi yang ekspresi mukanya gak sepuitis tulisannya (haha maafkan saya jika dia membaca), dan ada juga penulis buku traveling yang beruntung jadi peserta ACI Detik 2011 dan lagi nyambi jadi mahasiswa Hubungan Internasional di sebuah kampus di Surabaya.
Kami berkenalan di toilet! hah apa? TOILET, iya toilet., udah gak usah berisik.Yaitu saat mata kami dipaksa terbuka akibat adzan subuh yang mengalun-alun seru. Semalaman kami berkendara dari St.Tawang Semarang menuju Jepara. Tentu saja di dalam mobil kami tidur pulas dan tak berhahahihi. Itulah mengapa kali ini kami kenalan properly di toilet. Okay dapat diterima.
Kami bertiga (ditemani dua orang maha-penting dari penerbit) sedang dijamu plesiran ke Pulau Karimunjawa selama tiga hari karena memenangkan Traveling Note Competition. Sungguh sesuatu ya pemirsa olahraga SCTV. Saya yang tidak biasa (sebut saja terlalu 'cool') dan agak pakewuh kalau mengenal orang baru, kali ini berbeda, sangat akrab dan seperti saudara kembar siam! Haha. Sudah lama saya tidak berkenalan dengan orang baru dan merasa cocok. Cocoknya dimana? ya diajak ngobrol nyambung, diajak bersinting ria bisa, diajak 'nyampah' tanpa sekat pun ayo dan diajak sharing sesuatu yang 'bermanfaat' apalagi. Ibaratnya Indomaret mah beli 2 gratis 1.
Sepanjang hari kami jadi anak pantai. Sepanjang hari kami baku muka karena kamar kami di homestay bersebelahan. Paling mengagetkan adalah sebut saja si L, si penulis buku traveling itu ternyata teman SMA-nya teman saya di Organisasi Bahasa Asing di kampus saya. Dan dia juga teman sekampusnya teman saya sewaktu di SMA! Memang agak membingungkan ya pemirsa setia Insert, tapi begitulah, sambil mengudap ikan bakar berbumbu kecap, kami menyadari bahwa ini pasti konspirasi Yahudi! Ahahaha bukan, inilah ternyata ungkapan 'dunia selebar daun suji' terbukti.
Sudah lama juga, setelah bertemu teman-teman baru yang luar biasa ini, saya didera perasaan awesome luar biasa dalam menyongsong hari-hari. Tertawa yang saya rasa menjadi lebih lapang dan bernyawa, tidak hanya giggling yang dibuat-buat seperti gadis-gadis kerajaan di film Marie Antoinatte.
Sudah lama saya 'mau tertawa dengan baik dan benar', jadi jika ada 'the things' yang mau merusak tertawa ala saya, tolong minggir sebentar. Saya lagi tidak berselera mengacuhkan anda.
Akhirnya saya nulis juga,
--Kim--