Menemukan satu buku lalu kamu jatuh cinta padanya? Selebihnya adalah tergila-gila. Pernah tidak, bahkan sebelum buku itu terbit, dalam suatu perjalanan/sore hari yang hujan kamu sudah membayangkan dan bergumam dalam hati “mungkin jika ditemani dg buku tsb, momen ini pastilah bertambah sempurna”.
Atau pernah salah satu dari kalian menguntit toko buku per minggu sekali hanya untuk mencari tahu kapan buku itu resmi dipasarkan?. Mungkin ini sedikit lebih gila, tapi adakah seseorang saja dari kalian yang jauh-jauh hari pre-order buku itu, lalu ketika buku itu sampai di tangan, tak juga bersegera kamu membacanya?. Namun kamu justru memandanginya dengan syahdu. Kamu lebih suka membacanya di “saat yang tepat”. Seolah-olah kamu memang menempatkan ia bersamamu di ruangan khusus dengan desain alami yaitu mood terbaikmu sepanjang abad.
Atau mungkin saja kamu tipikal orang yang tak cukup kuat menahan akhir kenikmatan. Buku yang kamu harap-harapkan terbit dan hanya setebal 160 halaman, lalu tanpa rasa sopan kau habiskan dalam satu malam?. Rasanya tak begitu elok jika kamu memperlakukan “hanya semalam/hanya seberapa jam” buku itu ditanganmu, sedangkan pengarangnya membutuhkan berjam-jam,berpuluh-puluh hari dan bulan untuk menamatkan pembuatannya. Sebuah mahakarya yang tak sampai hati terbaca habis dalam tempo singkat. Ia harus di spesialkan, Ia harus di anak-mamakan.
Ah, pertanyaannya adalah, Have You Ever?
Saya menjawabnya dangan Sure, I Have.
Ini juga bagian dari rasa cinta saya dengan bahasa si pengarang buku itu. Ohya, fyi Dia pengarang wanita yang cukup masyhur. Dan akan saya sebut juga Ia pengaduk emosi yang elegan. Karena sestabil-stabilnya emosi saya, tetap saja teraduk-aduk dan runyam hancur ketika membaca bahasa buku itu. Pokoknya kacau-lah, seakan-akan saya yang jadi tokoh utama di buku tsb. Ikut menangis betulan jika si tokoh utama sedang berada di cerita patah hati. ikut lega jika suasana hati si tokoh lagi ceria. Serba sentimentil ujung-ujungnya.
Kebetulan buku yang saya maksud adalah novel, maka lengkaplah sudah drama pergolakan batin saya ketika harus membacanya perlahan tapi ingin segera habis. Tak sabar ingin tahu akhir cerita, namun sedih mengetahui halaman akhir semakin dekat mengintip. Ah inilah bagian hidup saya yang serba dilematis. : D
Saya menjalani kehidupan tak normal mencintai karangan si pengarang itu sejak di bangku kuliah. Tak normal? ya, call me a two-thousand thing year late reader, karena saya baru memborong semua novel pengarang ini di satu waktu yang tidak dapat ditoleransi sejak terbitnya novel pertamanya. Beli novel itu juga pas dapet beasiswa di kampus yang diniatkan separuhnya untuk beli bahan bacaan. Saya rakus melahapnya dalam beberapa minggu (waktu itu saya belum paham teori gila menganak-mamakan novel spesial). Saya sedang dimabuk cinta. Segala serba-serbi tentangnya harus saya ketahui dan tempo waktu sesingkat-singkatnya. Memborong novel si pengarang ini pun adalah akibat, dari sebab saya membeli dahulu novel ke-empatnya.
Have you ever fall in love with someone and something in your fourth chance?
What if I say, I have.
Saya bertemu langsung dengan si pengarang ini secara tak sengaja melewati auditorium kampus yang sedang ramai-ramainya. Ternyata berlangsung acara meet and greet dengan pengarang ini. Sekaligus peluncuran novel ke-empatnya. Inilah awal saya membaca “FILOSOFI KOPI”. Sebuah tema yang sederhana pikir saya waktu itu, namun bisa membuat kamu mabuk kepayang akan aroma kopi jika benar-benar hanyut membaca part cerita ini..
Jangan heran kalau kemudian saya seperti keranjingan menulis di binder kuliah dengan tema-tema sederhana yang menyinggung alam: filosofi hujan, hijaunya daun, secangkir teh dalam hujan, dan sebagainya dan sebagainya. Ahh..saya berasa kena Dee’s syndrome. Dia mahir dengan kalimat kece-nya dan tentu saja saya nyesek dengan hasil tulisan karya saya yang serba amatir. Yah, pokoknya gitu deh, katrok tapi maksa pengen seksi. You can imagine kan ya in this part?
Dan novel yang ada di samping laptop ini, berjudul “MADRE” yang sudah beberapa bulan lalu terbeli di pre-order session+ bonus tandatangan+gantungan kunci, plus maaf mba @DeeLestari baru saya selesaikan sekarang. Karena ya itu tadi alasannya: saya selalu ingin mendapatkan surprise dari potongan-potongan kalimat di dalam buku ini di “saat yang tepat”. (-____- dalem yg dibuat2 ya? = ).
Jadi sebenarnya teman-teman inti tulisan ini di awal-awal tadi, Have You ever had something drove you crazy, even yourself said will made it mad?. Something that made you go insane just in insanity yourself knew about. Or anything made you believe you have some love left unsaid there, unspoken, soft and barely surprising you when “the something” touch you back someday.
What if it’s happen to you?
If I were you, I wish I could touch the love of smart sacred part in Dee’s words. I got Gennie to steal hers someday. LOL!
Madre mendekapku di segala penjuru
--Kimmi--