Try to search for The Things?

July 12, 2011

Wasit Tinju dan Perasaannya

Merasa menjadi orang yang paling tolol sedunia ketika aku harus mengikuti detik-detik mereka berada di antara kanan dan kiriku. Mengendus gelagat mereka akan menyerang atau menyampaikan strategi beradu. Mengeja bagaimana yang tak tampak di pikiran mereka menjadi visual. Mendengar kata hati apa sudah tepat waktunya untuk bergerak memisahkan.

Aku merasa sebagai seorang wasit, yang seolah-olah harus memisahkan dua insan ini.
bukan mencegah terjadi pertengkaran antara mereka berdua, tak juga untuk melerai,
tapi untuk memisahkan mereka dari perasaan yang akan tumbuh seiring kebersamaan yang menimbun. Entah mengapa, ada semacam ketakutan luarbiasa yang ingin ku bagi sebenarnya pada salah satu orang di kananku. Dan sepertinya jika ketakutan ini sungguhpun beralasan, penonton akan bilang wajar.

Apa perlu aku menjalankan tugasku dengan cakap dan sesegera mungkin memisahkan mereka yang sedang di ring ini?. Atau apa butuh aku lempar ke udara rasa ketidakterimaanku berprofesi sebagai wasit yang hanya berdiam diri?.
Mungkin saja aku wasit yang kalah, yang tak bisa berbuat apa-apa, yang harus mundur dari arena ini.

"Biarkan perasaanku termaktub di kertas ini, sehingga kapanpun innerco memanggil,
cukup kau cari saja disini".


Rasanya saya menyampah cukup banyak dan sangat tak penting. Tapi ini memberi kepuasan dalam menyelami pikiranku sendiri.

"Rindu ini sudah mengkristal membatu di suhu yang terus kujaga beku, kau tau? apa sepoci air hangatmu mau kau bagi kepadaku?".


"Aku tak ingin engkau jauh, tak juga ingin sedekat kerat dengan genggaman kangkung,
bukan menjadi acar yang memiliki sensasi rasa yang hancur, aku mau kau terus ada di dadaku".


Wasit Tinju, meski berbadan tak besar, ia akan terlihat garang di arena, ia tak bisa dihasut oleh siapapun. Karena ia mengandalkan semua indera nya untuk mengetahui situasi yang harus ia tanggapi. Gesit, konsentrasi, tak mau kompromi. 
Wasit Tinju tau kapan ia berhenti berprofesi.
 

3 comments:

M. Hudatullah said...
This comment has been removed by the author.
M. Hudatullah said...

hmmm... rindu?
jadi penasaran...

Kim said...

hoed..., saya lebih penasaran terhadap komen mu yg terhapus itu.

Follow