Bulan September!
Bulan kelahiran saya, bulan bahagia saya pernah berjumpa dengan si Bona, bulan ketika semua orang pasang status minta dibangunin kalau September udah berakhir, bulan di mana saya akhirnya kliyengan (sempoyongan).
Saya harus bolak-balik Jakarta-Surabaya hingga ke Kuala Lumpur demi sekali lagi demi menafkahi diri sendiri (Ya tapi enggak lebay gitu juga sih) . Mayor Surabaya sempat mengadakan kunjungan ke Kuala Lumpur di pertengahan bulan. Saya sebagai person in charge harus mempersiapkan segala sesuatunya in control. Perfectness is particular matter for us.
One Day Trip to Surabaya
Tiket ke KL sudah di book dari Jakarta, dan saya diharuskan briefing ke Surabaya 2 days before departure time. Jadilah saya ke Surabaya in one day trip. Okeh, let's go aja. Jumat pagi-pagi saya berangkat ke Surabaya, Bangun pukul 4 subuh karena taxi sudah stand by pukul 4.30. Saya ambil pesawat pukul 6 pagi. Lalu kembali ke Jakarta petang hari (pakai delay!). Setiba di Jakarta antrian si taxi biru udah sampai nomer 27 aja. Ditambah kawasan Grogol macet parah, jadilah saya kembali ke rumah dengan perasaan nestapa dan sempoyongan tepat pukul 11.30pm.
Tidur dan mendapati mimpi buruk menyeruak di seluruh kendali alam bawah sadar saya itu nyesek banget. Alam bawah sadar saya mempercayai bahwa Sabtu pagi hari adalah keberangkatan saya ke Kuala Lumpur (saya book tiket ke KL pukul 6.25 am), dan saya terbangun pukul sembilan!. Kucek-kucek mata, dan mengambil kalender, yeah it's true today is not my exact departure. Ambil hape, berkicaulah saya "Thanks God, Today is Saturday, I thought it was Sunday".
Absen hip-hop dance dan yoga di hari Sabtu, saya membangun energi positif bahwa saya akan sehat kalau saya percaya saya sehat. Saya beringsut untuk menghalau "aura bantal guling" di lubuk hati terdalam dan jasmani saya (Euh! le le le lebay). I went to All Fresh market and I ate lot of fruits that day. Entah karena stress entah karena kecapekan, I don't give a damn. Ohya, ada lagi yang perlu dibereskan, kolom yang belum selesai diterjemah. Malam minggu saya habiskan di depan kendali laptop dan seonggok travel bag yang minta dijamah. Oh I hate packing.
Berangkat ke KL
Kolom yang dibereskan 'agak berat' pula temanya, tentang US Elections. Lepas midnite akhirnya saya menyelesaikan packing dan kerjaan. Pagi di hari Minggu saya bangun pukul 4 lagi. Sepanjang perjalanan menuju Soetta, kantuk itu sudah hilang terbang terbawa dinginnya udara pagi. Saya nih ya, udah niatan untuk beli hot milo di mesin otomatis terminal 3 ruang tunggu penumpang. Tapi ternyata pecahan lima ribu dan sepuluh ribu saya udah habis dipakai bayar taxi tadi. Yasudah akhirnya mood saya agak kacau pagi itu. Untunglah AA tak ada delay. Saya mendapatkan window seat dan (lagi-lagi salah pre-book menu sarapan yang terlalu berat). Nasi Lemak udah di depan, harus saya makan.
Setiba di LCCT, saya baru sadar ternyata Kuala Lumpur baru saja diguyur hujan,. Lapangan landas basah, bau benda-benda tersentuh oleh air hujan saya hirup dalam-dalam. DAMN! I GOT THIS FEELING!. Oke, oke that particular part I'll tell you apart from this.
|
a view from my window |
|
a view before landing at LCCT |
Saya kembali ke Jakarta pada hari Selasa malam, AA ada delay. Akibatnya agak larut setiba di Terminal 3 Soetta. Sampai ke rumah sekitar pukul 11.30 pm. Lusa kantor libur karena ada Pilgub DKI Jakarta. Saya harus menemui teman dari Iran untuk sekian lama bikin appointment, baru ini bisa terjadi. Sambil sesekali berkomunikasi dengan Bahasa Persia, akhirnya saya mengaku kalah. Bahasa Persia saya banyak yang sudah hilang. Sedihnya..
Setelah drop sebentar di Carrefour, saya pulang dan baru ingat ada Gala Dinner Maybank-BII di Pasific Place pukul 6 petang. Saya kesana dan pulang cepat pukul 9 malam. And it's turn I call "I love weekend". Jumat selepas kerja saya menghabiskan waktu 'menyenangkan diri' di Pasar Festival, I need to buy girls' stuff. Sabtu saya ada janji ke dokter gigi untuk medical check-up. Karena ternyata ada gigi geraham yang tumbuh tidak simetris yang mengakibatkan kata "cenat-cenut" happening lagi (setidaknya dalam minggu ini bagi kehidupan saya, Oh Crap!). Saya harus foto rongten pula. Okay, preparation tooth surgery (baca: mulai minum obat penahan rasa sakit a.k.a stop makan yang enak-enak) ini akan dimulai hari Kamis untuk Sabtu sebagai hari H nya.
Silaturahim ke Soetta
Minggu pagi-pagi saya harus naik Damri ke Soekarno-Hatta. Ini bukan melancong dan tugas lagi, melainkan saya menepati janji untuk silaturahmi ke kakak tingkatan sewaktu kuliah dulu (si Teteh). Mereka memiliki rumah di komplek Garuda. Ohya, saya jumpa dengan si unyu-unyu Tiara, putri si Teteh yang masih berumur tujuh bulan. Sayapun diajak ke rumah orangtua si Teteh, yang sama artinya dengan berjumpa dan mendapatkan obrolan seru dengan adik cowoknya. Satu angkatan, satu ospek, beda jurusan, dan sering ketemu di Pare, Kediri membuat obrolan saya dengannya gak bisa keputus. Warm Family..., nice. Saya baru pulang ambil Damri lagi sekitar pukul 7 malam., turun di Gambir lalu naik Kopaja 20. Sampai di rumah pukul 9.30 malam.
|
with Mutiara Fakhira Salsabila |
Monday, Tuesday, Wed, Thru are the days which I have to prepare talking points to Surabaya trip that will be going on Friday. Ya, saya harus ke Surabaya lagi untuk kunjungan follow-up. Untungnya kali ini saya gak sendiri, ada rekan dari Jakarta yang ikut menemani. That will be better.
Pergi ke Surabaya Lagi
Jumat pagi saya bangun pukul 4 lagi, taxi sudah standby pukul 4.30. Pesawat kami pukul 6 pagi. Semalam sebelumnya saya mampu memejamkan mata pukul 1.30 pagi. Ini karena sabotase waktu dari teman saya di Malaysia, bahwa dia mengumumkan pernikahannya thru WhatsApp!. Praktis dua jam setengah waktu istirahat saya. Maunya sih bisa istirahat di dalam pesawat selama satu jam, lumayan. Eh tapi, enggak jadi. Kami habiskan waktu di pesawat untuk brush-up talking point dan question list yang ada. Acara agak padat sampai malam. Saya memilih untuk tidak kembali ke Jakarta, pun tidak pulang ke rumah malam itu, karena terlalu larut. Akhirnya saya menginap ke rumah sepupu di Surabaya. Lama tidak berjumpa juga dengan sepupu yang sudah dikaruniai anak berumur dua tahun. Mereka sebenarnya akan tiba dari Ponorogo ke Surabaya dinihari. Jadi mau tak mau, akhirnya saya masuk rumah orang tanpa ada penghuninya, dan cepat pergi tidur dengan lelapnya!. Sedikit engga peduli gitu ya?.
|
Kawasan KYA-KYA Kembang Jepun |
Pulang ke Jember
Pagi di hari Sabtu saya ada janji berjumpa dengan si Bona di Surabaya. Karena jadwal bus saya ke Jember pukul 11.30 am, maka kami berjumpa dan berbagi kabar di terminal. Ah...jadi teringat perjumpaan dua orang kekasih di terminal yang sering muncul di film Rhoma Irama, and I did.
I just reached my hometown before 5pm. Finally...enggak nangis-nangis seperti kejadian pulang kampung Lebaran bulan lalu akibat bus yang jalannya lambreta (lambat bangeet). FYI aja, bus jurusan Jember dari Probolinggo biasanya nih ya, suka banget geyal-geyol sana-sini, macam bus wisata kota. Pengen deh rasanya ngasih mercon dari belakang Pak Sopir atau pengen deh ngasih duit limapuluh ribu cuma buat memohon "Pak...tolong dong ya bus-nya dicepetin dikit mampu gak?", atau pengen neriakin "Sinih pak, biar gueh aja yang nyetir".
Minggu pagi berada di rumah dikacaukan dengan reaksi perut saya yang menandakan asam lambung naik-naik ke puncak gunung. Batin saya "Ah Finally!". Udah lama maag saya enggak kambuhan kayak gini. Bahkan obat maag yang dulu jaman kuliah menjadi item wajib yang saya tenteng kesana kemari udah expired kali ya di kos. Malam harinya saya harus jadi speaker (ceilah speaker!) buat acara di Pesantren dekat rumah. We invite also our Kansas friend to join. Dia baru empat bulan tinggal di desa saya. Namanya Blake, orangnya ganteng (Ahay!). Dia jadi volunteer dari program DIKNAS sebagai guru Bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jember. Blake bilang sih, dia dikontrak Diknas selama dua tahun, if everything goes on planned. We both float either his story or my story. Iya, Blake emang asik diajak ngobrol ngalor-ngidul.
Ke Surabaya untuk kembali ke Jakarta
Senin paginya yang seharusnya bisa saya buat untuk operasi gigi, harus batal karena ternyata perut saya gak bisa diajak kompromi. Selain maag, diare pun menyerang. Judulnya "Operasi Gigi yang Tertinggal". Sebab seharusnya terlaksana di Sabtu kemarin, pun di Senin tidak bisa dilakukan. Pesawat saya kembali ke Jakarta petang hari. Namun seperti biasa, saya harus berangkat siang hari. Jember-Surabaya harus saya tempuh setidaknya empat jam. Dalam hati was-was, takut aja tiba-tiba saya harus turun di tengah jalan hanya karena mau cari toilet. Tapi ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti.
Anak Garuda yang saya naiki menuju Jakarta ini tumben ya enggak delay?. Pas banget ketika saya selesai makan di Singgalang, terus dipanggil untuk masuk gate 7 langsung masuk pesawat. Gak disangka, di dalam pesawat saya bertemu kolega kantor, founder @GNFI. Sayangnya, duduk kami berjauhan. Parahnya saya lupa namanya!.
And here we go, saat ini saya sedang duduk di kursi kantor, sambil menahan mules tiada tara. Ya teman, saya masih kena diare. Dan rasanya bit suck!. Harus selektif dalam memilih makanan. Semoga nanti malam perut saya enggak tambah parah hanya karena saya memulai program belajar TOEFL dan IELTS lagi. Iya, saya harus brush-up lebih keras. Si Bona yang jadi tutor saya dari jarak jauh, dan itu lebih horor teman. #IfYouKnowWhatIMean.
So, kalian udah boleh bangun sekarang. Karena September udah usai.
Welcome October!
---Kim---