Tentang Kesempatan yang tidak berjumpa dengan takdir.
Seharusnya saya menyapanya, atau sedikit menyinggung tentang tulisan-tulisannya di blog bertajuk "Where should you put your hopes?". Tapi saya tidak melakukannya, saya menyia-nyiakan kesempatan? katakanlah iya.
Tapi yasudahlah, mungkin kesempatan ini belum bertemu dengan 'mojo' takdirnya.
Namun sepertinya jika saya melakukannya, pun tidak akan membuat semuanya lebih baik. Merupakan hal yang biasa saja mungkin baginya. Ini cerita tentang perjumpaan coincidence yang melibatkan perasaan suka cita. Ini? biasa saja sebenarnya, yang luar biasa adalah coincidence nya itu.
Awalnya, seorang teman menyilakan saya untuk membuka blog orang ini, untuk lebih ramahnya mari kita juluki Mr.FX. Saya lantas menuruti, I read and read and read. Gila, tulisannya gila men!. Sangat berbobot, bahkan untuk kategori gloomy. Ia membungkusnya dengan rapi dan tidak sombong. Perjalanannya di Eropa dan beberapa negara ia tuliskan dengan angle yang berbeda dengan kebanyakan. Bukan seperti umumnya yang menulis Eropa tentang "itu-itu saja". Ia bekerja di sebuah maskapai penerbangan kelas budget. Pada saat itu, saya pun mengira, orangnya juga hangat dan menyenangkan seperti ceritanya. Pada saat itu saya berpikir seperti itu.
Dan pada suatu ketika, saat saya bergabung dalam kru "Enjoy Jakarta Concert 2013" di Kuala Lumpur, saya kebagian job bareng terus sama wartawan. Ini adalah hal yang menyenangkan bergabung bersama pewarta berita dalam sebuah perjalanan liputan. Kuala Lumpur tiba-tiba menjadi idyllic.
Salah satu sponsor kami adalah Air Asia. Maskapai penerbangan Tony Fernandes ini menawarkan satu pesawat gratis bagi kru Enjoy Jakarta untuk tiket pulang-pergi. Bayangkan seisi pesawat adalah satu tim! Pengumuman sebelum take-off dan sebelum landing menjadi tidak biasa. "We hope this Enjoy Jakarta Concert succeed in KL! Cheers for all these crew". tepuk tanganpun menggema di seantero badan pesawat.
Saya memilih kursi di belakang, biar lebih lapang saja. Kursi depan tentu saja dipunggawai oleh Rossa, Ungu dan asisten-asistennya.
Sesampai disana, saya diperkenalkan oleh salah satu kru dari Air Asia yang juga membawa beberapa wartawan. Dan seketika saya tahu, saya bersalaman dengan Mr.FX! Oh My God! orang yang sudah saya kenal melalui tulisan-tulisannya. Orangnya tidak sehangat tulisannya. Tapi, memang tulisannya tidak hangat kok sebenarnya, lebih ke presisi saja. Saya bercengkarama hal-hal teknikal dengannya, tanpa harus merasa untuk menyebutkan bahwa saya adalah pembaca setia tulisannya, karyanya.
Memang begitulah, tidak semuanya bisa seperti yang kamu khayal bayangkan. Tulisan mencerminkan orangnya, karakternya. Terkadang kita terkecoh untuk itu.
--Kim
Kuningan, 27 Nov '13
Try to search for The Things?
November 27, 2013
November 26, 2013
How Fragile We Are
"Fragile"
If blood will flow when flesh and steel are one
Drying in the colour of the evening sun
Tomorrow's rain will wash the stains away
But something in our minds will always stay
Perhaps this final act was meant
To clinch a lifetime's argument
That nothing comes from violence and nothing ever could
For all those born beneath an angry star
Lest we forget how fragile we are
On and on the rain will fall
Like tears from a star like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are how fragile we are
On and on the rain will fall
Like tears from a star like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are how fragile we are
How fragile we are how fragile we are
If blood will flow when flesh and steel are one
Drying in the colour of the evening sun
Tomorrow's rain will wash the stains away
But something in our minds will always stay
Perhaps this final act was meant
To clinch a lifetime's argument
That nothing comes from violence and nothing ever could
For all those born beneath an angry star
Lest we forget how fragile we are
On and on the rain will fall
Like tears from a star like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are how fragile we are
On and on the rain will fall
Like tears from a star like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are how fragile we are
How fragile we are how fragile we are
November 18, 2013
Janji Paten kepada Yang Maha Kuasa
Menjalani kebersamaan dengan orang yang sama dalam waktu yang tidak sebentar, katakanlah selamanya. Dalam sebuah 'hubungan' yang dipatenkan oleh label resmi negara, oleh janji kepada Yang Maha Kuasa. Apa itu bukan tindakan yang tidak gila?. Menikah bagi saya selain menarik kesimpulan bahwa ia tak lebih dari aksi yang mainstream, juga menyentuh batas di luar kehati-hatian manusia- ekstrem maksimal.
Kamu bayangkan, menjumpai satu orang yang sama setiap hari, melihat hal yang tak ingin kamu lihat, memaksa beradaptasi, apa itu bukanlah penyiksaan? it is torturing us, as human. Kita berhak bahagia. Apakah kebahagiaan hanya bisa dicipta dengan label resmi itu?. Ya pasti jawabannya tidak.
Bukan takut untuk mencapai ekstrem maksimal, tapi belum cakap bagaimana menjalani hidup ekstrem itu dalam waktu yang lama. s-e-l-a-m-a-n-y-a. Sepertinya ada yang masih butuh resep-resep yang datang dari lakon bernama kehidupan, keseharian, berjumpa dengan banyak orang, menikmati genuineness and fake people, mencermati tanda-tanda, dan segala hal yang masih bisa bisa disebut: melegakan dahaga.
Baiklah, keegoan ini terus mberbicara dan menghasilkan tesis: biar saja apa kata orang kalau kita lebih asik menikmatinya dengan kita sendiri saja. Iya, sendirian. Lagipula apa gunanya pasangan? Tolong jlentrehkan pada keskepetisan ini. Dedahkan pada mata hati ini dimana para makhluk lajang harus berkata 'mau' untuk menjalani proses itu.
Jiaaaaaaakh...kenapa melow amat sih. Selaw dikit lah mbak..
Jadi begini ya, kebahagiaan memang tidak disandarkan pada seseorang selain diri kita. Kita punya standar kebahagiaan, stepping menuju kebahagiaan versi kita dan versi masing-masing orang. Kita tinggal melakukan saja, ya harus maju jalan ke depan. Gak bisa kita berjalan malah mundur ke belakang. Pleonasme ini tidak ada dalam kamus kita.
Sementara, pada banyak kesempatan kesadaran kita berhenti pada akal kita yang harus menerima pembaruan-pembaruan. Tidak mungkin ada yang masih ingin duduk di kelas satu SMP terus. Siapa yang mau? Juga tidak pernah seorangpun berharap memakai 'satu baju' terus dalam hidupnya. Kemudian inilah bedanya manusia dengan makhluk Tuhan lain, hewan pemakan rumput setiap hari. Mereka tidak protes dicocok hidungnya, tidak protes makan rumput yang sama tiap hari. Karena mereka tidak punya akal.
Merde!
Sialnya akal juga yang membuat kita mengecap rasa bosan. Nanti, suatu saat nanti bangun tidur dengan orang yang sama, sarapan dengan orang yang sama, beranak pinak, menghabiskan hari libur bersama, membosankan. Iya.
Akhirnya, alasan itulah kemudian yang membawa kecongkakan beberapa makhluk bernama manusia berjalan santai menikmati waktu. Tentu dengan pongah yang tertulis di dada mereka: Why Should I Marry?
Ternyata langkah kedua terhenti pada sebuah permulaan pertanyaan:
Benarkah kamu tidak menikah karena mampu bahagia dengan dirimu sendiri?, apa iya kamu tidak bisa menangani kebosanan dengan inovasi dan kemampuan akal kamu itu? atau justru kamu tidak ingin menerima tantangan lebih besar ke depan, di saat kaummu yang lain sudah melakukannya, di saat nenek moyangmu sudah dahulu menerapkannya, hingga lahirlah dirimu?. Kamu ternyata masih takut? Oh rupanya ketakutan biang keladinya.
Lihat teman-temanmu, mereka sudah memberi contoh bahwa mereka berhasil menapaki level kehidupan selanjutnya. Lihat orangtuamu, tanyakanlah mengapa mereka bisa mengatasi kebosanan dengan bijak.
Pertanyaan berikutnya adalah: siapkah kamu menghadapai tantangan paling keren ini selanjutnya? hanya ada jawaban YA dan TIDAK, No BUT'S. Permudah saja, perjelas saja. meskipun kita tidak pernah tahu dengan siapa kita menghabiskan hari-hari tua nanti. dengan siapa yang bisa kita ajak menghabiskan persoalan hidup bersama. Sukur-sukur jika nanti mendapatkan lelaki/perempuan yang tepat (Nah, tepat juga memiliki artian macam-macam, seperti yang sudah disandikan oleh Nabi kita: Sekufu') Itulah mengapa mereka bilang urusan pasangan hidup adalah urusan misterinya Tuhan.
Barangkali ini tantangan. Entah pencarian, entah kejelian. Bukankah yang merasa keren adalah orang yang menyukai tantangan?
--Kuningan, 18 Nov 2013
Disarikan dari berbagai sumber diskusi dengan teman.
November 12, 2013
Will you?
Ohya kamu, apa kamu akan terus mendengarku jika suara dan ideku sudah kehabisan amunisi? Apa kamu akan menertawaiku? Apa kamu akan melakukan hal lain untuk menghindariku? will you end up being look at me with laughing stock? will you get soon bored with me? will you questioning my existence? will you take out my position where supposed to be next to you? will you split me out? dump me out? will you say that being together is not working for us?
I don't want to hang on to false hopes. keep it off.
Is it anyone or only me, apa kamu merasa jika rasa bosan ini tumbuh lewat perkara? yang kita lihat tak sesuai dengan bayangan. Kamu pembosan, apalagi aku. Kamu penyuka ide segar, aku penggemar berbicara. Kita saling menyampaikan, tapi tak berselang lama.
Boleh aku bilang aku skeptis?
Apa kemudian lantas menyurutkan niatmu mengejarku? does it make sense when we're just a human, with lots of stock arrogant, coolness, full of fool, that bump each other. And when the time is off -when lots of arrogant fade away - and the existence of "we are" are also gone.
--Kuningan, 13 November
Subscribe to:
Posts (Atom)