Belum tahu kapan persisnya saya menilai diri dengan presisi. Tahun baru yang umumnya digunakan banyak orang menulis resolusi dan proyeksi hidupnya ke depan dan another blah blah.., Men! saya malah nonton beberapa DVD dan sesekali melongok kondisi langit kota yang menyeruakkan byar-byaran kembang api.
Ulang tahun? Ah, ini lagi. Dulu saya rajin menulis kenangan 'hari jadi' tiap tahunnya. Jangan dibayangkan saya dapat kado mobil seperti Nikita Willy, jangan plis jangan. Teman-teman SMA yang tergabung dalam geng kekurang-ajaran type selalu menghadiahi saya dengan rentetan penggebyuran dan kelakuan lain kaum bar-bar (baca: ngacak-ngacak loker dan lemari baju, kebetulan pelaku tinggal di asrama sekolah).
Tapi sejak buku diary ijo saya sudah dua kali ganti saat SMA, tepatnya ketika tahun kedua kuliah, saya enggan untuk menorehkan catatan-catatan kesejarahan masa muda saya yang bergelora di dalamnya (Euh, 'bergelora'). Saya lebih menikmati fase-fase umumnya anak kuliahan, bersinggungan dengan orang lain entah di dunia maya atau di dunia lain. Buku diary saat itu sudah so last year ya, dan tergantikan dengan adanya benda trendi anak kuliahan yang selalu ditenteng kemana-mana; catatan BINDER! (yang jawab galaxy tab ama ipad: men! jaman segitu kalian pegang Nokia 6600 udah jadi mahasiswa terkeren dan tercanggih, fyi ajah). Kemana-mana saya menenteng binder yang sudah empat kali naik cetak alias sudah ganti muka dan isi berkali-kali. Dari yang model bercover polos bersih, hingga bercover ala rock n roll atau rebell (yakali?). Padahal sih cuma dilakban hitam dan ditempeli dengan gambar-gambar simbol peradaban anak gaul (di masanya). Tidak akan pernah lupa, gambar idola favorit (OMG, pengumuman ya saya fans garis keras Rhoma Irama Justin Timberlake) masih menghiasi halaman-halaman binder saya kala itu.
Tidak banyak perkembangan signifikan yang ada ketika saya kuliah. Accuracy dan precison masih sulit saya akui. Saya tetap menilai diri di batas ambang, antara iya dan tidak, antara tidak dan iya. Hanya saja semakin kesini, semakin saya tahu, kalau saya agak keras kepala dan penganut spontaneous-ism yang sadar.
Demi apa jika saya membeli sesuatu atas dorongan kesukaan akan detil yang enggak penting, tanpa memperhatikan hal esensi lain yang justru penting. My joyfull notebook is Ben-Q, diputuskan membeli karena saya kepincut melihat Ben-Q berwarna biru metalik milik teman yang saya pakai untuk syuting tugas penyiaran. Saya membeli handphone Samsung hanya karena melihat modelnya yang kotak (Let's not forget ya, saya penyuka benda yang berbentuk kotak), enggak tahu tuh ternyata suka error kalau nerima pesan. Earlier, pas lulus SMA, saya beli handphone Nokia punya teman hanya karena di dalamnya sudah ada ringtone Opick. Kapan tahun, saya dan ex-bf membeli kamera poket, entah demi apa saya asal comot saja Kodak warna biru dengan alasan biar seragam sama kakaknya si Ben-Q yang berwarna sama. Dan sekarang, jreng..jreng...! dengan niat tulus saya memutuskan untuk membeli kamera DSLR Nikon daripada Canon, hanya karena saya lebih suka tali strap Nikon yang berwarna kuning gonjreng, daripada tali strap Canon yang terkesan kaku dengan warna hitam. Kesannya kalo Nikon dicangklongin itu lebih membawa kesan kewibawaan ke orangnya deh. Halah. Saya agak keras kepala sih.
Untuk urusan traveling saya masih terbilang agak takut untuk bersikap spontan. Tapi beberapa kawan mengkategorikan saya masih masuk dalam spontaneous-ism action (atau kurang planning?). Haha contohnya nih, saya berangkat dari Jogja ke Semarang jam 4 sore naik bus Nusantara, sampai di Semarang jam 9 malam. Kondisi hape mati, gak bisa hubungi siapa-siapa (saya niatnya mau nyamperin kenalan Ayah yg rumahnya masih agak jauh dari terminal). Saya bawa travel bag yang agak berat (karena niatan pengen nerusin pulang ke Jember), dan diturunkan di terminal kelas kakap untuk kategori the most dangerous terminal in Java (adek kakakan sama Bungurasih Surabaya dan Tirtonadi Solo).
Call this another coincidence again ya, saya disamperin sama abang yang seperjalanan tadi duduk di bangku seberang saya. Jaman kuliahan waktu itu belum ada ya berita "ditemukan mahasiswa diperkosa bla..bla..bla..", dan tayangan 'Buser' masih kalah jauh ratingnya sama 'Katakan Cinta'. Dia mahasiswa kampus di Jogja juga. Dia nawarin bawa tas travel saya, nawarin nganter ke wartel (iya wartel bo'!, jaman itu pulsa masih mahal), dan nemenin saya nyari angkot sampe ngecek kondisi saya udah tiba di tempat tujuan atau belum. Padahal tahu tidak, si abang itu mau ke Surabaya. Haha, I always remember what he said: "you such a little mouse who across the dark night alone. You remind me of brave girl story in Disney" (Note: tapi ya enggak gitu juga sih narasinya, udah saya ubah ya. hehe). Begitulah. Dan untuk ukuran aksi spontanitas, level saya masih elementary bukan?.
Selamat Tahun Baru Hijriah 1434 to moslem people!
Selamat Tahun Baru Hijriah 1434 to moslem people!
---Kim---
No comments:
Post a Comment