Try to search for The Things?

March 17, 2013

Being non-MAINSTREAM




Apa benar itu yang namanya sunset menggiurkan, dan sunrise memanjakan? Saya tidak tahu, karena saya jarang bangun pagi-pagi. Lagipula kalaupun saya bangun untuk menunggui sunrise muncul, sejauh mata memandang adalah jemuran bra, sprei dan celana boxer dicentel sana sini.  Atap-atap rumah di sebelah kanan-kiri saling beradu tinggi, hingga dari kejauhan raksasa gedung metropolitan menginduki. 

Ketidaktahuan saya yang kedua, adalah saya pekerja from 9 to 6. Tidak mungkin juga saya keluar kantor tiap pukul 5.40 pm untuk menyemai matahari pulang ke peraduan? Yang ada malah gedubrakan sana-sini ngerjain tugas sesegera mungkin, dan pulang pukul 6 tepat agar tak terjebak macet di jalan, meski tetep macet tak terelakkan sih.

Itulah kiranya semakin lama, bejibun orang ingin menikmati momen alami itu se-precious mungkin. Jauh-jauh perencanaan hanya untuk menjadi saksi bagaimana ciri alam mengawali dan mengakhiri hari. Saya masih tak paham. Bukankah itu hal yang sering kita abaikan?. Plus itu terjadi setiap hari? Apakah ini artinya kita mulai memburu sesuatu yang makin esensi? Semakin detil dan semakin terabai?

Tapi sekali lagi, I just don't get it indeep.

Pemuja Sunrise dan Pendamba Sunset itu julukan yang terlalu mainstream menurut saya. Terlalu banyak yang mengklaim hobi tersebut. Pun jika saya mendapatinya, it's beautiful to seen only, indeed it’s temporary beautiful. It will be the same by today, tomorrow or the day after tomorrow. I say what makes both precious? and I'm curious there must be more precious than both, if not the superlative degree couldn't exist anyway.

Mungkinkah saya akan mengatakan, itu keindahan yang melenakan? It’s only about SUNRISE and it’s SUNSET! Jika fajar terbit dan menyingsing setiap hari adalah berbeda, and never make them twice, well it’s nature!. Atau mungin keindahan jenis yang diredam manusia ketika takut jika saja esok ia tak ‘dijemput’ matahari lagi?

Selagi kita diberikan anugerah Tuhan untuk bisa menikmati apapun dengan indah seharusnya bisa ‘melihat’ yang lain-lain juga indah? Cobalah untuk meninggalkan sejenak ke-mainstream-an, tengoklah barang sebentar apa di sekeliling kita. Every single modest thing into you is also made them so beautiful, in their ways.

The way we breathe, the water falls in our bathroom, the non-AC air you grasp, the sounds you still hear through, the body with all-you-think contains flaws, the brain that couldn’t stop thinking, the mouth never stop mumbling, the ups and downs energy, the eerie that deluge inspiration, the our CLOSE and OPEN eyes every day. All I can say is they are just the same angle as the way you think about the mountain breeze, the river water flows, the peak’s H2O, the concert and musical theater  the all prominent ladies and guys you ever seen in the idiot box, the genius who ever exist in this world with their brilliant thought, the speech who delivered in every summit stage, the catastrophe and bless occur in our universe, and the HAPPINESS we absorb in the cheeriest moment, the SUNSET and SUNRISE in our own angle.

All I need to say is we’re too forgetful the way about how to see details (or it's gonna said we tend to be much grateful in our life?). We are people much more see the beautifully clear seen by eyes, but eyes of us miss the beautifully side in our single life actually. Our movement is precious, only the way we could see it’s worth to called by precious or fabulous.


Another thought of being non-mainstream
~Kim



2 comments:

M. Hudatullah said...

saya mungkin termasuk dari bagian kelompok mainstream yang suka melihat senja :). apalagi setelah belajar ngelukis, teori warna, sama lukisan impressionis, damn! senja setiap hari itu tak pernah sama. ada yang biasa-biasa saja. ada yang spektakuler. ada yang warnanya itu-itu lagi, ada yang aaah tak bisa dijelaskan dengan kata2.

Kim said...

for any reason...anyone can choose :)

Follow